Jumat, 23 November 2012

Scalping Trading System


Scalping adalah sebuah cara bertrading dengan hanya mengambil profit antara 1 sampai 3 pips, kadang-kadang bisa sampai 10 pips atau 20 pips, tetapi kebanyakan scalper mengambil antara 5 pips sampai dengan 10 pips. Mengapa cara ini digemari banyak trader-trader, apalagi seperti kita ketahui banyak juga fund manager besar seperti Paul Rooten dari Jerman adalah seorang Scalper sejati. Sekadar tambahan informasi juga umumnya Scalper menggunakan TimeFrame yang kecil-kecil seperti 5 menit, 1 menit, 30 detik.
Perlu kita ketahui forex market kelebihannya adalah seorang investor dapat segera berinvestasi dengan modal yang relatif cukup kecil (umumnya $1-tidak sampai RplO.OOO) berbeda dengan instrumen-instrumen keuangan lainnya seperti saham dan obligasi yang memiliki minimal deposit yang cukup relatif besar, hal ini dimungkinkan karena adanya leverage (daya ungkit) dari 1:100 hingga 1:1000. Oleh karena itu, banyak Investor “pada umumnya” di forex market yang berinvestasi dengan deposit yang tidak begitu besar (antara SI, $10 hingga $100), apabila mereka trading menggunakan lime frame yang besar-besar seperti daily, H4, atau HI, maka mereka memiliki tingkat risiko yang cukup besar. Oleh karena itu, strategi yang paling cocok buat investor/trader dengan modal kecil seperti itu adalah hit & run; maka scalping adalah salah sam jawabannya.

Penjelasan Singkat
Pada teknik scalping yang akan kita bagikan, lebih mengarah kc mekanikal strategi; kita tidak perlu melakukan analisis-analisis yang, terlalu dalam. Hanya saja kita perlu mendengar headline (berita utama dari market) misalnya pada saat penulisan buku ini, zona Euro sedang terjadi masalah dalam perekonomian yang memiliki efek domino ke kawasan zona Euro; dari situ saja kita sudah dapat membaca kalau mata uang Euro sedang dalam keadaan “tertekan" atau bearish, jadi untuk entry-nya kita menggunakan teknikal analisis hanya untuk mencari posisi sell saja dan menghiraukan sinyal buy.
Setup Scalping Trading Sistem
Mata Uang: EUR/USD Time frame: m5 (5 menit).
Indikator:
  1. Simple Moving Avarage 18 By Close.
  2. Exponential Moving Avarage 200 By Close.
  3. Comodity Channel Indeks (20) dengan Level 100 & -100.
  4. Parabolic SAR (0.02; 0.2).
Pasang Indikator-indikator di atas pada charts. Maka akan tampak tampilan seperti berikut:

Rules Entry & Exit
  1. Perhatikan arah trend yang sedang terjadi, jangan melawan trend utama. Trend utama ditunjukan oleh SMA 18 & EMA 200 by close, bila SMA 18 by close berada di bawah EMA 200 by close artinya trend besar yang terjadi saat itu = BEARISH (down trend). Sedangkan bila SMA 18 by close berada di atas EMA 200 by close; maka berarti trend market saat itu adalah BULLISH (uptrend).
  2. Setelah trend besar kita ketahui; maka kita hanya akan membuka posisi searah dengan trend besar yang terjadi saat itu.
  3. Semisal trend yang terjadi saat ini sedang BEARISH (dow trend) dengan ditandai EMA 18 yang berada di bawah EM 200, Maka kita akan melihat harga yang berhasil close bawah SMA 18, bila ternyata bar close di bawah SMA 18, kemudian CCI (20) ternyata berada di bawah level 0, maka untuk bar selanjutnya kita buka posisi sell!

Jadi secara singkat rules untuk entry posisi adalah:
BUY setup:
  1. SMA 18 berada di atas EMA 200.
  2. Candle close di atas SMA 18.
  3. Parabolic SAR (0.002; 0.2) berada di bawah candle.
  4. CCI (20) berada di atas area 100.
  5. Bila kondisi tersebut terpenuhi, masuk posisi pada bar yang berikutnya.
  6. Pasang stop loss 30 pips dari posisi entry.
  7. Take profit antara 5 pips sampai dengan 10 pips.
  8. Alternatif take profit, begitu posisi profit 10 pips tutup Vz posisi yang ada kemudian majukan stop loss posisi yang terbuka ke posisi entry (impas). Kemudian di trailing sampai dengan ada bar yang close di bawah SMA 18.
SELL setup:
Kebalikan dari setup buy.



sumber : http://bimbinganforex.com/2012/03/scalping-trading-sistem.html

Analisa Fundamental

Dasar penganalisaan secara Fundamental adalah informasi/berita (news) yang berasal dari :
1. Instansi Resmi/Pemerintah
2. Media cetak/elektronik
3. Perorangan
Sesuai dengan sumbernya, maka metode Fundamental bersifat subyektif, tergantung derajat kepercayaan Investor/Konsultan kepada sumber berita tersebut. Dasar penganalisaan secara Fundamental adalah informasi/berita (news) yang berasal dari :
1. Instansi Resmi/Pemerintah
2. Media cetak/elektronik
3. Perorangan
Sesuai dengan sumbernya, maka metode Fundamental bersifat subyektif, tergantung derajat kepercayaan Investor/Konsultan kepada sumber berita tersebut.

Sifat berita Fundamental dikelompokan menjadi dua yaitu :

1. Berita Permintaan bersifat Bullish
Bullish berasal dari kata ‘bull’ (sapi jantan); sifat tersebut menggambarkan gerakan harga pasar terlihat seolah-olah akan turun, namun sebenarnya akan naik (mirip gerakan sapi jantan menanduk musuhnya, yaitu menanduk, lalu dilemparkan keatas).
Contoh berita bersifat Bullish dari Reuter/media cetak :
- Cuaca buruk/storm/unfavourable,
- 3 – 6 conseccutive (berturut-turut) days up/firmer (menguat)
- Triggered Buying, Bottomside/bottomout , Buying Power, dll

2. Berita Penawaran/Supply bersifat Bearish
Bearish berasal dari kata ‘bear’ (beruang); sifat tersebut menggambarkan gerakan harga pasar terlihat seolah-olah akan naik, namun sebenarnya harga akan turun (mirip gerakan beruang mencengkeram mangsanya, yaitu mengangkat lalu dibanting).
Contoh berita bersifat Bearish dari Reuter/media cetak:
- Cuaca baik/favourable, 3-6 consecutive days down/easier (melemah)
- Lack of Demand (Kekurangan Permintaan)
- Triggered Selling, Topside capped (Puncak sudah tercapai), Harvesting
- Selling Power, Ample of stock (Stok melimpah),dll.

Faktor-faktor yang mempengaruhi analisa secara fundmental
  • Analisa:
  • Ekonomi
  • Politik
  • Keamanan (global, regional, negara)
  • Penentu:
  • Kecepatan memperoleh informasi
  • Sumber informasi
  • Pengolahan informasi & forecasting (ramalan)
Beberapa Data Ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Dollar AS

No.Economic IndicatorNaik / TurunUS$
1Average EarningNaikMenguat
2Balance of PaymentNaikMenguat
3Budget DeficitTurunMenguat
4Business InventoriesTurunMenguat
5Capacity UtilizationNaikMenguat
6Car SalesNaikMenguat
7Chicago PMI (Purchasing Management Index)NaikMenguat
8Constuction SpendingNaikMenguat
9Consumer Confidence Index (CCI)NaikMenguat
10Consumer Credit (CI)NaikMenguat
11Consumer Price Index (CPI)TurunMenguat
12Consumer Spending (Expenditure)TurunMenguat
13Cost of LivingNaikMenguat
14Current AcountTurunMenguat
15Corporate ProfitNaikMenguat
16DeflasiNaikMenguat
17Discount RateNaikMenguat
18Durabel Goods OrdersNaikMenguat
19Econimic Monetary System (EMS)NaikMenguat
20Factory OrdersNaikMenguat
21Federal BudgetNaikMenguat
22Federal Reserve FundNaikMenguat
23Gross Domestic Product (GDP)NaikMenguat
24Gross National Product (GNP)NaikMenguat
25Housing StartNaikMenguat
26Industrial ProductionsNaikMenguat
27Invisible TradeTurunMenguat
28Jobless ClaimsNaikMenguat
29Leading IndicatorNaikMenguat
30Money Supply (M1, M2, M3, M4)NaikMenguat
31National AssociationNaikMenguat
32(NAPM)NaikMenguat
33Non Farm PayrollsNaikMenguat
34Personal ExpenditureNaikMenguat
35Personal IncomeTurunMenguat
36Prime RateNaikMenguat
37Product Price Index (PPI)NaikMenguat
38Public Sector Debt RepaymentNaikMenguat
39Retail SalesTurunMenguat
40Trade BalanceNaikMenguat
41Trade DevicitTurunMenguat
42Trade Weighted IndexTurunMenguat
43Unemployment RateTurunMenguat
44Unit Labour CostNaikMenguat
45Value Added TaxNaikMenguat
46Visible TradeNaikMenguat

Keuntungan 
  • Mudah
  • Dapat menentukan harga secara global
  • Penentu trend jangka panjang (long term)
  • Pada kasus tertentu efektif untuk short term trading
Kelemahan 
  • Tidak bisa menentukan secara eksak
  • Memakan banyak waktu
  • Subyektif, terlalu banyak asumsi yang dipakai
Saran : Perhatikan hanya berita-berita yang sifatnya sangat kuat pengaruhnya terhadap perubahan mata uang. Ex: Payroll, teroris, perubahan suku bunga.


sumber : http://basicforex.blogspot.com/2007/09/analisa-fundamental.html

Manajemen Resiko Forex Trading



Forex trading tergolong sebagai investasi yang sifatnya high risk. Artinya forex trading tergolong memiliki resiko tinggi. Salah satu yang tertinggi diantara instrumen investasi keuangan lainnya.


Faktor resiko yang harus Anda ketahui sebelum memulai forex trading :
· Memiliki kemungkinan kehilangan dana 100%
· Arus dana sangat cepat (very liquid)
· Tidak ada metode trading yang dapat menjamin Anda pasti untung 100%. Ada banyak metode trading yang bagus namun tidak ada satu pun yang dapat menjamin pasti untung 100%
Forex trading bukanlah sebuah “quick rich scheme” yang dapat membuat Anda kaya mendadak tanpa harus bekerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras. Kerja keras merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mereka yang mengalami kesuksesan finansial dalam hidupnya. Termasuk mereka yang sukses melalui forex trading.

Diperlukan kerja keras untuk mempelajari analisa dan perilaku pasar sehingga kita dapat menebak arah pergerakan harga dengan akurat. Begitu juga diperlukan mental ekstra ketika hasil trading tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Tanyakanlah pada trader-trader sukses yang Anda kenal, apakah mereka pernah mengalami jatuh bangun dalam trading mereka. Dan jawabannya hampir pasti adalah “ya”. Kesuksesan hanyalah disediakan bagi mereka yang mau berusaha dan belajar terus menerus meperbaiki dirinya.

Nah berkaitan dengan resiko yang harus dihadapi jika kita hendak memulai investasi di forex, diperlukan kiat-kiat khusus untuk memperkecil, atau bahkan membalikkan posisi kita yang tadinya minus menjadi kembali positif dan memperoleh untung. Berikut beberapa kiat dan manajemen resiko yang bisa Anda ambil:

1. Cut loss
Merupakan aksi menutup posisi Anda yang berlawanan dengan pergerakan harga pasar. Cut loss digunakan untuk membatasi kerugian yang dialami sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

Sebagai contoh, katakanlah kita sedang membuka posisi kita pada GBPUSD Open Buy pada harga 1.8000. Membuka posisi Buy berarti kita mengharapkan harga naik melebihi 1.8000 sehingga kita memperoleh untung. Harapan kita harga bergerak misalnya hingga 1.8100 sehingga kita bisa memperoleh profit 100 point. Namun apa daya, ternyata harga bergerak berlawanan dengan yang kita harapkan. Ternyata harga bergerak turun terus menerus dari 1.8000 menjadi 1.7980 dan masih menunjukkan tendensi turun.

Nah daripada kita mengalami kerugian lebih lanjut dan akhirnya mengalami margin call maka lebih baik posisi ditutup meskipun kita menanggung kerugian 20 point (1.8000 menjadi 1.7980 = -20 point). Aksi ini dinamakan cut loss yaitu menutup posisi yang merugi guna mencegah kerugian yang lebih besar.

Detail Kasus Lainnya:

Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah quantity 10000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.

Ternyata harga bergerak turun tak menentu hingga kisaran 1.8820.
Dengan segala pertimbangan, Tuan A ingin menutup begitu saja posisinya pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25 point (1.8825-1.8850 = -0.0025)

Profit dan Loss dihitung dengan rumus sebagai berikut

Diketahui:
Posisi Close: 1.8825
Posisi Open: 1.8850
Quantity: 10000

Maka:
Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 10000
Loss = -0.0025 x 10000
Loss = $-25 (Tuan A mengalami kerugian $25)

2. Switching
Aksi ini mirip dengan cut loss, namun bedanya setelah menutup posisi kita yang merugi, kita
membuka posisi baru dengan arah yang sama dengan pergerakan harga pasar.

Pada kasus yang sama dengan cut loss diatas, maka kita menutup posisi kita di 1.7980 lalu kita membuka sebuah posisi baru Open Sell karena harga cenderung mengalami penurunan. Dengan demikian jikalau harga terus turun katakanlah mencapai 1.7900 maka secara keseluruhan kita mengalami loss 20 point namun memperoleh profit sebesar 80 points (1.7980-1.7900 = 80) sehingga total kita masih memperoleh profit 60 points.

Contoh kasus

Mr. X memperkirakan harga akan NAIK. Jadi untuk mendapat keuntungan dia memutuskan membeli (Buy) dengan harapan harga akan naik sehingga dia bisa menjual dengan harga yang lebih mahal dan mendapat selisih Keuntungan. Tapi ternyata bukannya naik, malah TURUN harganya.

Dan setelah analisa ulang, Mr. X berkesimpulan perkiraannya bahwa harga akan naik ternyata SALAH. Jadi apa yang harus dia lakukan ? Daripada melawan harga pasar dan menderita kerugian, lagipula harga akan turun lebih jauh dari sekarang Dia memutuskan menutup posisi Buy nya yang merugi dan kemudian membuka posisi baru Sell (dengan harapan harga akan turun). Dan ternyata harga terus turun sehingga dia mengalami keuntungan melebihi kerugian yang diterima di posisi Buy yang dia tutup sebelumnya. Kemudian dia menutup posisi Sell tersebut dan menerima keuntungan.

Tips Untuk Anda:
* Lakukan hanya bila prediksi keuntungan switching melebihi
nilai kerugian posisi pertama yang akan ditutup.
* Kalau ternyata harga berubah ternyata sesuai dengan
prediksi pertama, maka anda akan menderita kerugian
2 kali, yaitu posisi pertama dan posisi kedua juga

Detail Kasus:

Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah Quantity 30000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa melikuidasi posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900. Ternyata harga bergerak turun tak menentu hingga kisaran 1.8820. Dengan segala pertimbangan, Tuan A ingin menutup begitu saja posisinya pada 1.8825. Sehingga Tuan A rugi 25 point (1.8825-1.8850 = -0.0025)

Diketahui:
Posisi Close: 1.8825
Posisi Open: 1.8850
Quantity: 30000

Maka:
Profit/Loss = (1.8825 - 1.8850) x 30000
Loss = -0.0025 x 30000
Loss = $-75 (Tuan A mengalami kerugian $75)

Kemudian Tuan A menganalisa lagi dan memprediksi harga dan diketahui harga akan terus bergerak turun, maka Tn. A membuka posisi Sell dengan Quantity sebanyak 20000 pada 1.8820. Tak beberapa lama harga terus turun hingga berada di kisaran 1.8730. Pada akhirnya Tn. A menutup posisinya pada 1.8740. Tuan A mendapatkan keuntungan 80 point (1.8820 - 1.8740 = 0.0080)

Profit/Loss = (1.8820 - 1.8740) x 20000
Profit = 0.0080 x 20000
Profit = $160

Keseluruhan hasil dari dua trading tadi adalah
Trading I = -$75
Trading II = $160
Laba = $160 - $75 = $85 atau Rp765.000,- ($1 = Rp 9000)

3. Averaging
Cara ini memerlukan modal ekstra untuk mempertahankan posisi yang telah kita buka yang ternyata bergerak berlawanan dengan harga pasar.

Katakanlah pada kasus yang sama dengan contoh Cut Loss diatas, maka jika kita hendak melakukan aksi averaging maka kita membuka posisi baru namun dalam hal ini tidak seperti switching yang menutup posisi kita yang mengalami kerugian lalu membuka posisi baru yang berlawanan dengan posisi kita yang sebelumnya dengan alasan harga telah bergerak turun. Pada averaging kita tidak menutup posisi kita yang telah dibuka (pada kasus ini Open Buy) lalu bahkan kita menambahinya dengan membuka posisi baru dengan arah yang sama yaitu Open Buy kembali!

Mengapa demikian? Bukankah kita telah melakukan Open Buy sebelumnya dan mengalami kerugian, lalu mengapa kita melakukan Open Buy kembali? Alasannya sederhana, kita berharap karena harga telah turun maka harga akan kembali naik sehingga ketika kita melakukan aksi Open Buy yang kedua diharapkan harga bergerak naik bahkan melampaui Open Buy kita yang pertama sehingga kita memperoleh keuntungan ganda.

Contoh Kasus
Mr. X memprediksi bahwa harga akan naik maka dia membuka posisi Buy. Namun harga ternyata bergerak turun. Mr. X segera menganalisa lagi dan kesimpulannya harga hanya akan turun sesaat dan akan kembali naik sesuai analisa sebelumnya Dia memutuskan membuka posisi buy baru saat harga turun sehingga ketika harga naik kembali dia bukan
hanya memiliki 1 posisi yang profit tapi 2 sekaligus. Ternyata benar, tidak lama kemudian harga naik dan kemudian Mr. X menutup kedua posisi nya tersebut, yang pertama dan yang kedua.

Detail Kasus:

Tuan A membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8850 dengan jumlah Quantity
20000. Tuan A memprediksi bahwa tak lama lagi dia bisa
melikuidasi posisinya tersebut pada 1.8900. Oleh karena itu
dia membuat Risk Manajemen untuk posisinya: Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.

Ternyata harga terkoreksi dan bergerak turun hingga 1.8825.
Tuan A kembali membuka posisi Buy GBP/USD pada 1.8825 dengan jumlah
10000. Dia juga memasang Stop Loss di 1.8800 dan Stop Limit pada 1.8900.

Lalu tak lama kemudian harga kembali terkoreksi dan menyentuh 1.8900.
Dengan demikian Tuan A mendapatkan 2 keuntungan dari 2 posisi yang telah dibuka :

Posisi I :
Profit/Loss = (1.8900 - 1.8850) x 200000
Profit = 0.0050 x 20000
Profit Posisi I = $100

Posisi II :
Profit/Loss = (1.8900 - 1.8825) x 10000
Profit = 0.0075 x 10000
Profit Posisi II = $75

Jumlah Profit kedua posisi : $160 + $75 = $235 atau Rp2.115.000,- ($1 = Rp9000)

Ketiga manajemen resiko diatas sangat sederhana dan mudah untuk dilakukan. Jadi, betapa sayangnya kita mengalami kerugian hanya karena kita tidak mengetahui hal diatas. Namun apakah dengan mengetahui ketiga manajemen resiko tersebut kita dipastikan tidak pernah mengalami loss?

Jawabannya tentu saja tidak. Kalau Anda cermati, ketiga manajemen resiko diatas bertumpu pada satu hal: kemampuan kita menganalisa pergerakan harga. Ya, memang itulah inti dari forex trading. Manajemen resiko bahkan tidak pernah menjadi efektif apabila kita tidak mampu melakukan analisa dengan benar dan akurat. Jadi, mengetahui analisa adalah keharusan dalam memulai investasi di forex trading.

Masih banyak yang harus dipelajari dalam memasuki dan berinvestasi didunia forex. Kita baru saja mempelajari bagian terluar dari investasi ini. Yang penting Anda belajar dan belajar terus


sumber : http://basicforex.blogspot.com/2007/09/resiko-manajemen-dalam-forex-trading.html

Dollar Gratis ke Paypal Anda

Affiliate Program ”Get Money from your Website”